Rabu, 28 Oktober 2015

Hidayah Dari Allah, dan Kita Hanya Perantara



=>Masa Lalu suram menjadikan kita belajar,bukan meremehkan dan mengucilkan

Pernah pakai baju ketat? -pernah-
Pernah punya hobbi dengerin musik? -pernah-
Pernah ikut-ikutan ritual bid'ah? -pernah-
Pernah merasakan susahnya hijrah? -pernah-
Pernah ditentang orangtua? -pernah-

Alhamdulillaah jika ada yang memang terlahir ditengah keluarga yang mengenal sunnah sehingga dari kecil sudah diajarkan cara beragama yang benar..

Alhamdulillaah jika pernah merasakan nikmatnya belajar di sekolah-sekolah sunnah karena orangtua yang memilihkannya..

Alhamdulillaah jika orangtua Anda tidak pernah menentang menjalankan sunnah..

Jika kita pernah berada di masa suram..
Masa suram? Iya,,masa dimana kita terlahir di tengah keluarga yang erat hubungannya dengan kejahilan..
Hingga akhirnya kita diberikan hidayah untuk mengenal sunnah.. Inilah kehidupan yang sebenarnya..

Setidaknya kita menghargai teman-teman kita yang saat ini berada dalam zona kita dulu.. Atau yang berusaha sedang berproses..

(Kalau dikatakan berproses saya juga sedang berproses sih)..

Jangan lantas kita mengatakan yang masih lepas tutup cadar tidak istiqomah,, pakai gamis tapi tabarruj,,udah ngaji koq walimahannya masih ada musik dan ikhtilat..bla..bla..

Atau ada teman kita bekerja di suatu tempat yang menurut kita syar'i kita langsung menjudge tanpa memberinya udzur..
Atau hal yang lainnya,,tanpa kita crosscheck keadaan dia atau alasan dia sebenarnya..

Anda tidak tahu rasanya jadi kita yang memang susah dan sangat begitu ditentang oleh keluarga,,tidak jarang air mata lebih mendahului..

Memang harus mengatakan kepada semua orang tentang keluhan itu??
Nanti ngomong dikirain berkeluh kesah..

Bener sekali bahwa kita harus selektif dalam memilih teman agar tidak berpengaruh terhadapnya..

Bukan berarti tidak mau temenan sama yang masih pake baju ketat,,masih suka dengerin musik,,masih suka upload foto,, masih suka selfie,, masih suka galau,, dan lain sebagainya..

Dan dengan mengatakan kepada semua orang,"Ma'af ya saya tidak mau temenan di FB sama yang upload foto.. Ma'af ya saya tidak mau temenan sama yang..."

Kalaupun memang tidak mau cukup diam tanpa publikasi juga bisa..

Kalau tidak ada yang mau temenan,, lantas siapa yang bisa merangkul mereka??

=>Orang awam melihat akhlaq sebelum dalil

Kalau dikatakan awam saya juga awam.. 

Maksudnya awam secara khusus yaitu orang yang belum mengenal sunnah.. Biasanya mereka cenderung melihat kepada perilaku seseorang.. Bahkan dalil yang panjang lebar dengan penyampaikan yang kurangbaik akan kalah dengan akhlaq seseorang yang baik..

Kenapa sering orang menilai dakwah sunnah keras? Dakwah sunnah kasar?

Karena mereka melihat 'oknum' bukan 'dakwah'nya..

Tetangga kita yang tidak shalat,,tetangga kita yang suka dengan ritual bid'ah,, tetangga kita yang suka dengerin musik kenceng pake loud speaker.. 

Hanya sekedar kita nyinyirin,
"Males ah ikut acaranya soalnya acara bid'ah"

"Woy tetangga denger musik tidak udah pake toak keles.. Susah ya punya tetangga tidak ngertian gitu.." (Updet status)

Sebatas itu kah?

Ketika kita sekedar ngomong,

Jebret..Ini bid'ah,,ini haram., ini tabarruj,,ini tidak boleh.. Pernahkah kita mendo'akan orang tersebut tanpa sepengetahuan darinya?

=>Orang Taqlid/Ngeyelan dan Belum tahu

Perlu dibedakan ketika berhadapan dengan orang ngeyelan dan orang yang memang belum tahu,,apalagi di media sosial..
Bisa dilihat dari cara dia berbicara..

Jangan lantas kita menjudge begini-begitu sebelum kita menyampaikan..
Kalau kita sudah menyampaikan dalil lantas orang tersebut kekeuh dengan pendapatnya maka itu orang ngeyel.. Bahkan malah mencaci.. Yang begini tinggalkan saja..
Tidak perlu diajak debat..

Beda kalau orang yang memang belum tahu,,biasanya dia sopan bertanya.. Setelah kita jelaskan,, walaupun dia tidak setuju biasanya diam..

Kalau dikatakan benci syi'ah? -iya benci,terlebih perbuatannya-
Terkadang tidak jarang benci kita terhadap Syi'ah sampai menjudge orang yang membela Syi'ah dengan tuduhan serampangan (padahal belum tentu tahu apa hakikat syi'ah)..
Padahal pernah kita jumpai beberapa orang yang bertaubat dari Syi'ah karena awalnya dia tidak tahu tetang hakikat ajarannya..

Jangan sampai karena kita yang kasar orang yang belum faham akan menganggap dakwah sunnah itu kasar..
Coba bandingkan (misalnya) nemu orang syi'ah yang taqiyyah/lembut perkataannya,,jangan salahkan jika dia membuat perbandingan ketika kita kasar mencaci orang yang belum faham apa itu syi'ah dia akan lebih condong kepada syi'ah bukannya kepada dakwah sunnah..

Bahkan terkadang menuduh wanita yang belum tentu kawin mut'ah kita tuduh dia bahwa dia sudah kawin mut'ah..
"Ente udah kawin mut'ah berapa kali?"
"Ente anak Mut'ah ya?"

Ini kesannya malah jatuh kepada menuduh..

Padahal kita belum tentu wanita yang membela ini apakah sudah kawin mut'ah atau belum,,bahkan dia hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu hakikat syi'ah sebenarnya..
Atau anak sekolahan yang membela Syi'ah belum tentu dia faham..

Sebenci-bencinya dengan syi'ah bencilah dengan 'Ilmu., boleh menyebutkan dan menyebutkan/menjelaskan orang-orang yang harus dihindari atau menjelaskan kesesatan syi'ah akan tetapi jangan sampai tahap mencela membabi buta (ini sering saya temui/mungkin saya juga -semoga Allah Mengampuni saya)
Misalnya ustadz X terindikasi Syi'ah jadi lebih baik dihindari jangan dengerin ceramahnya cari ustadz yang lebih lurus aqidahnya,, silahkan jelaskan.. Tapi ingat batasan bukan menghujat..

Apalagi misalnya ustadz X pengikutnya orang-orang yang awam terhadap syi'ah..
Kalau kita ngomongnya pake kasar apa iya mereka yang awam itu akan percaya?

Jadi seharusnya kalau kita sudah ngaji,, bedakan ucapan dengan orang yang belum ngaji..

Atau bukan hanya syi'ah,,misalnya kita serampangan dengan kasar mengatakan bid'ah,, sekte-sekte sesat,, karena kekasaran kita maka orang akan cenderung kepada mereka (yang sesat) dibanding dakwah sunnah..

Ingat,, kebanyakan mereka melihat cara kita berbicara/akahlaq dibandingkan dalil..
Tidak jarang bukan ketika kita menasihati keluarga atau orang kita padahal dalil yang disampaikan? Jawabannya,"Heleh..bla..bla.."

Banyak penonton yang menjadi pedengar pasif tanpa komentar.. Terkadang mereka hanya diam.. Jangan sampai kita yang kasar dan serampangan menjadikan image negatif terhadap dakwah sunnah..

Berilmu itu mudah,,akan tetapi menjadikan beradab dan berakhlaq baik itu susah..

Seharusnya kalau kita sudah mengaji (sunnah) kita belajar membedakan akhlaq dan adab dengan yang belum ngaji..

Niat baik/benar tidak selalu diterima baik oleh oranglain jika penyampaiannya tidak baik..

Niat menyampaikan keburukan akan lebih diterima jika mereka menyampaikan dengan kehati-hatian dan dengan adab..

Sudah ngaji benci pun harus dengan ilmu tidak serampangan..
Dan kembali lagi hidayah itu punya Allah,,kita usahakan kita yang menjadi perantara..

Dakwah/nasihat itu mengajak bukan memaksa..

Yuk mari kita belajar benahi lagi sikap dan ucapan kita..
Terlebih saya sendiri..
ilmu bisa dicari, tapi akhlaq dan adab kudu dibenahi setelah tahu 'Ilmunya..

Catatan Indah : Ummu Abdirrahman Ayu


+++++++++++++++++++++++++++

Bermasalah dengan orang tuamu? bagaimana caranya bs berkomunikasi yang baik dengan orang tua? 
Sila ditengok (klik) dalam tautan berikut :

-----------------------------------------------

Tanda" Gangguan Sihir dan Jin dalam diri bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :

Klik ➡ j.mp/GangguanJin

-----------------------------------------------
Pintu masuk Gangguan Jin pada diri bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :

------------------------------------------------
GRATIS

Pelatihan Ruqyah 1000 Umat 
7 - 8 November 2015 - Surabaya, tengok (klik) tautan berikut :

-----------------------------------------------

Apakah kita mendapatkan Ujian ataukah Adzab dari Allah? ditengok (klik) dalam tautan berikut :

Klik ➡ j.mp/UjianAtauAdzab

------------------------------------------------

Ilmu tentang Taaruf, ditengok (klik) dalam tautan berikut :

Klik ➡ j.mp/PengertianTaaruf

-----------------------------------------------

Info ttg Program Cicilan Heiwan Qurban Idul Adha 2016M / 1437H, bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :

Tidak ada komentar: