Jumat, 04 Oktober 2013

S2B - JUM'AT BERBAGI



S2B (Sedekah Sego Bungkus) area Malang
@S2Bmalang


Hari ini Jum’at, 4 Oktober 2013, ya pagi ini S2B (Sedekah Sego Bungkus) area Malang ditetapkan untuk diluncurkan, setelah belajar BERBAGI selama beberapa bulan di @S2Bsby, yang dilaksanakan setiap Jum’at pagi.
Ketetapan ini digawangi oleh beberapa rekan relawan di Malang, yang notabene merupakan rekan dosen, dengan sambutan yang ternyata sangat menggembirakan. Sehingga hal ini di-koordinasikan dengan @S2Bsby, sebagai gerakan mula dari kegiatan BERBAGI ini, dan Alhamdulillah semua pihak mendukung dengan sebaiknya.
Wujudnya kegiatan ini bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan 3 minggu lalu, mulai dari bercerita tentang pengalaman hidup dengan berbagai hal yang mewarnai, hingga pembicaraan mengarah pada nikmatnya BERBAGI yang telah dilakukan. Ternyata ada beberapa rekan yang memiliki pengalaman luar biasa dalam hal ini, mulai dari pendampingan anak jalanan hingga berbagi bersama dhuafa dan anak yatim.
Untuk menjadikan gerakan yang mudah dan dapat segera dilakukan serta tepat sasaran, maka dipilihlah BERBAGI melalui S2B (Sedekah Sego Bungkus) dan harapan besar dari gerakan yang “ringan” ini adalah wujudnya gerakan massif untuk BERBAGI nasi bungkus bagi kaum dhuafa tanpa birokrasi, murni BERBAGI. Hal ini mengacu pada visi dan misi @S2Bsby, yang menjadi gerakan mula di Surabaya dan bergerak di Gresik, Bandung, Semarang dan akhirnya hadir di Malang di Jumat kali ini.
Sebagai gerakan di Malang, nominal yang ditetapkan bagi setiap bungkus nasi adalah Rp. 5000, dan tidak ada ketetapan khusus bagi setiap donatur untuk memilih jumlah nasi bungkus yang ditetapkan, juga apabila setiap donatur/relawan membawa nasi bungkus sendiri, intinya adalah BEBAS bersyarat syari’at.
Setelah mendapatkan warung yang dapat mendukung kegiatan ini, maka pengumpulan dana dari para donatur ditetapkan paling lambat pukul 16.00 WIB setiap Kamis. Dana berapapun yang ada akan diwujudkan nasi bungkus di Jumat pukul 07.00 WIB. Setelah itu, proses pengantaran nasi bungkus akan di-handle oleh relawan yang telah memiliki kesanggupan dan bertanggungjawab hingga sampainya nasi bungkus ke tangan DHUAFA yang berhak. Proses ini haruslah diterapkan sebaik mungkin agar nasi bungkus tersebut tepat sasaran, tidak diterima oleh orang yang tidak ber-hak. Alhamdulillah, untuk program pertama S2B (Sedekah Sego Bungkus) di Malang telah berjalan dengan baik sesuai dengan proses yang diharapkan. Harapannya, semangat BERBAGI ini akan tertular bagi segenap elemen masyarakat dan menjadikan gerakan JUMAT yang penuh BERKAH,..Bismillah

 Kegiatan Relawan S2B-Malang

------------------------------------------- 

Melalui tangan KITA, Hak mereka bisa tersalurkan,.mari MEMBAIKKAN diri dgn melakukan KEBAIKAN secara nyata



Kamis, 03 Oktober 2013

DISKUSI KECIL


Kelas pagi ini adalah pembelajaran tentang proses Diskusi Kecil dalam kelas yang dilakukan oleh mahasiswa baru 2013. Terbagi menjadi 6 kelompok dalam 3 tema yang berbeda, sehingga terdapat 2 kelompok yang membahas tema yang sama, namun memiliki kajian pembahasan yang bertolak belakang, mendukung (pro) dan menolak (kontra) tema tersebut.
Proses diskusi internal terjadi dalam kurun waktu 20 menit, untuk membahas apa yang telah menjadi bahan kajian masing-masing kelompok. Yang menarik dalam proses ini adalah perbedaan budaya dan anggota kelompok yang belum saling mengenal, ada yang masih malu-malu dalam berbicara, ada yang kurang interest dengan diskusi yang berlangsung, ada yang dengan semangat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki, baik gadget dan notebook serta membahas dengan menuliskan hasil diskusi dalam lembaran yang dikumpulkan. 
Setelah 20 menit diskusi internal kelompok, proses presentasi dan debat pun berlangsung. Masing-masing kelompok tema saling mempresentasikan apa yang telah dikaji dan memberikan ide dan wacana. Mereka juga diberikan keleluasaan dalam menilai hasil kerja kelompok lainnya, sehingga terjalin komunikasi yang sangat dinamis. Karena terlalu dinamisnya, hingga terjadi perdebatan yang sangat berkepanjangan dan dengan menggunakan logat/dialek daerah asal, hingga penyampaian emosi yang memuncak. Sampai-sampai, sanggahan pun dilakukan dengan berdiri, serta nada bicara yang cenderung meninggi khas anak muda. Tidak jarang, jari telunjuk pun “bermain” dalam proses diskusi ini, serta adu debat layaknya anggota Dewan yang sedang serius “memperjuangkan” nasib rakyatnya di kursi perwakilan.
Saya pribadi tidak memperhatikan apa wacana yang disampaikan, karena kajian yang dilakukan masih terlampau umum, namun saya lebih tertarik pada etika dan perilaku berdiskusi anak muda yang baru lepas dari bangku sekolah, dan menemukan tempat baru dalam ber-ekspresi dan predikat sebagai sang MAHA SISWA.
Predikat baru tersebut menjanjikan status yang lebih mentereng dibandingkan ketika mereka bersekolah di jenjang sebelumnya, dimana mereka hanya disebut sebagai pelajar atau siswa. Penambahan kata MAHA di depan kata SISWA, seolah memberikan penekanan pada kebebasan ber-ekpresi dan mengeluarkan pendapat yang selama ini terpenjara di ranah sekolah.

----------------------------------------------- 

selamat datang di dunia KAMPUS adik-ku 
bebaskan suara yang selama ini membelenggu
berikan yang terbaik dari dirimu 
membaikkan kondisi yang ada di sekelilingmu
hilangkan sombong dalam diri
banggakanlah keluarga dan bangsamu