JNE konter Medaeng, yang berada di sebuah ruko dengan deretan taksi Blue
Bird mengantri menunggu penumpang di depannya, menjadi pemberhentian yang tak
terlupakan Senin menjelang siang tersebut. Pemikiran pribadi dimana hanya butuh
waktu sebentar disana, karena hanya mengirimkan 2 buah barang dan menyegerakan
diri ke Malang, terbantahkan dengan keharusan melibatkan diri ber-silaturrahim
lagi. Meskipun dalam hati menginginkan diri untuk segera beranjak ke Malang,
nyatanya saya tidak bisa beranjak sedikitpun dari tempat duduk customer tersebut.
Hal ini bukan
dikarenakan oleh sosok wanita yang melayani saya, yang biasa saya panggil “mba”,
namun adanya sosok kebapakan yang berada pada kursi antrian, atau bisa
dikatakan kursi tamu, karena JNE konter Medaeng tersebut juga menjadi satu
dengan beberapa kantor dalam unit bisnis yang dikembangkan di ruko tersebut.
Mulailah percakapan dengan sedikit basa-basi menanyakan domisili
dan aktivitas. Akhirnya saya dengan jujur mengatakan bahwa saya harus segera
beranjak ke Malang karena aktivitas saya
yang mengharuskan demikian. Di sela-sela mengurus keberadaan paket
tersebut, cukup menyita perhatian lebih karena kondisi yang un-packing, pembicaraan terus beranjak
mulai dari cerita tentang perkenalan dengan Ibu Giati, salah satu owner unit
usaha tersebut, hingga bagaimana perkembangan pengobatan yang kami jalani
sejauh ini. Akhirnya demi menjelaskan apa itu pola hidup sehat yang dibagikan
melalui pelayanan-pelayanan SKK di 9 kota di tiap minggunya, kami terlibat
dalam pembicaraan yang sangat bersahabat hingga menyentuh masalah keimanan dan
keislaman. Saya pribadi kurang paham kenapa akhirnya pembicaraan bergeser pada
ranah Islam, dimana secara jujur saya akui hal itu bukan termasuk yang saya
kuasai sepenuhnya. Namun hal itu sepenuhnya saya lakukan agar wacana ke-Islaman
yang dibicarakan haruslah diletakkan pada posisi yang tepat, tentunya dengan
wacana yang saya pahami, Wallahu a’lam.
Pembicaraan tetap berlanjut dengan sebagian besar pertanyaan
terlontar dari beliau, sedangkan saya yang banyak menjawab. Dalam hati
sebenernya tidak menginginkan dalam posisi seperti ini, karena jujur malu
sekali dengan ilmu yang terlampau sedikit akan Islam. Saya mencoba bertahan
dalam pembicaraan ini karena beliau bertanya terkait dengan Isbal, dan hal-hal yang terkait dengan
keberadaan sahabat-sahabat yang melaksanakan Isbal tersebut, dengan harapan besar bahwa tidak ada wacana negatif
terhadap sahabat-sahabat yang melaksanakan Sunnah
Rasulullah tersebut. Akhirnya sedikit banyak berbicara tentang sejarah wujudnya
hadist yang terkait dengan Isbal dan
hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan ibadah di dunia Islam secara luas.
Kesimpulan yang saya coba berikan adalah, bahwa banyak hal yang kita masih
perlu pelajari terkait ke-Islam-an, belum lagi dengan pola ibadah yang
dilakukan oleh saudara-saudara seiman yang beraneka, terkait dengan aktualisasi
dari pemahaman akan sunnah Rasulullah, ketika di Masjidil Haram – Mekkah maupun
di Masjid Nabawi – Medinah.
Banyak pertautan-pertautan dari beberapa hal yang dibicarakan yang pada
intinya mengarah pada kenapa manusia diciptakan berbeda-beda dengan segala hal
yang melekat pada dirinya mulai dari kekayaan, pekerjaan, keluarga, pendidikan
dsb. Saya secara pribadi tidak dapat menjelaskan secara gamblang mengarah pada
hal mendetail seperti itu, hanya mencoba mengembangkan dalam ranah Ikhlas dan
semua telah digariskan Allah dalam suatu hal yang disebutkan sebagai Takdir,
sebelum penciptaan dunia dan seisinya, ada penjelasan yang disampaikan :
- Saya mendengar dari Abdullah bin Amr dan berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda : “Allah telah menetapkan takdir sebelum menciptakanlangit dan bumi semenjak 50.000” (Musnad As Shahabah dalam kitab At Tis’ah), Abu Isa berkata : “ini hadis hasan sahih gharib”
- Dari Abi Khafshah berkata, telah berkata Ubadah bin Shamit kepada anaknya, aku mendengar dari Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya yang mula-mula yang diciptakan Allah adalah qalam (pena), Allah berfirman kepadanya : “Tulislah”, maka dia menulis takdir segala sesuatu (dari awalnya alam semesta) hingga saatnya (Kiamat). (Al Baihaqi dalam Kitab Sunan Kubra).
- Pada Al qur’an surat Al An'aam (6) ayat 59 disebutkan à “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"
Tentunya dalam penjelasan saya secara langsung tidak sedetail
apa yang saya sampaikan di atas, paling tidak secara redaksionalnya tidak lepas
dari 3 hal di atas. Apalah saya dibandingkan para ustadz yang lebih menguasai
hehe,..cuman hal ini sengaja saya sampaikan karena memang masih beberapa saat
yang lalu dibahas dalam salah satu forum grup diskusi @PejuangSubuhSBY, jadi
tepat waktunya untuk diungkapkan dan masih teringat akan hal ini.
Tidak terasa proses packing atas barang-barang yang saya
kirimkan ke Jakarta dan Surabaya telah selesei, ditambah dengan waktu yang
sudah beranjak di pukul 11.00 WIB maka saya mencoba untuk menyelesaikan
pembicaraan yang saya sendiri bingung bagaimana menyelesaikannya. Akhirnya
semua terpungkasi dengan indah, dengan Dhuhur berjamaah di mushollah rest area
KM 26 tol Waru – Porong.
Hingga akhirnya pagi ini, tergelitik untuk menuliskannya sebagai
salah satu bentuk pengalaman jiwa dengan pertanyaan besar,..AKANKAH PERTEMUAN
TERSEBUT JUGA SUDAH DIATUR OLEH ALLAH DALAM BUKU TAKDIR-NYA?? Wallahu
a’lam,…hanya dapat berdoa agar semuanya mendapatkan nilai kebaikan di depan
Allah SWT.
--------------------------------------
Bertemu dan berbuat kebaikan dalam wujud silaturrahim telah
membuat segalanya indah, kenikmatan-kenikmatan bersendagurau dan bertukar
pemikiran telah menjadikan jalinan persahabatan yang baik diantara individu
yang terlibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar