Kelas pagi ini adalah pembelajaran tentang proses Diskusi Kecil dalam kelas yang dilakukan oleh mahasiswa baru 2013. Terbagi menjadi 6 kelompok dalam 3 tema yang berbeda, sehingga terdapat 2 kelompok yang membahas tema yang sama, namun memiliki kajian pembahasan yang bertolak belakang, mendukung (pro) dan menolak (kontra) tema tersebut.
Proses diskusi internal terjadi dalam kurun waktu 20
menit, untuk membahas apa yang telah menjadi bahan kajian masing-masing
kelompok. Yang menarik dalam proses ini adalah perbedaan budaya dan anggota
kelompok yang belum saling mengenal, ada yang masih malu-malu dalam berbicara,
ada yang kurang interest dengan
diskusi yang berlangsung, ada yang dengan semangat memanfaatkan fasilitas yang
dimiliki, baik gadget dan notebook serta membahas dengan
menuliskan hasil diskusi dalam lembaran yang dikumpulkan.
Setelah 20 menit diskusi internal kelompok, proses
presentasi dan debat pun berlangsung. Masing-masing kelompok tema saling
mempresentasikan apa yang telah dikaji dan memberikan ide dan wacana. Mereka
juga diberikan keleluasaan dalam menilai hasil kerja kelompok lainnya, sehingga
terjalin komunikasi yang sangat dinamis. Karena terlalu dinamisnya, hingga
terjadi perdebatan yang sangat berkepanjangan dan dengan menggunakan
logat/dialek daerah asal, hingga penyampaian emosi yang memuncak. Sampai-sampai,
sanggahan pun dilakukan dengan berdiri, serta nada bicara yang cenderung
meninggi khas anak muda. Tidak jarang, jari telunjuk pun “bermain” dalam proses
diskusi ini, serta adu debat layaknya anggota Dewan yang sedang serius “memperjuangkan”
nasib rakyatnya di kursi perwakilan.
Saya pribadi tidak memperhatikan apa wacana yang
disampaikan, karena kajian yang dilakukan masih terlampau umum, namun saya
lebih tertarik pada etika dan perilaku berdiskusi anak muda yang baru lepas
dari bangku sekolah, dan menemukan tempat baru dalam ber-ekspresi dan predikat
sebagai sang MAHA SISWA.
Predikat
baru tersebut menjanjikan status yang lebih mentereng dibandingkan ketika
mereka bersekolah di jenjang sebelumnya, dimana mereka hanya disebut sebagai
pelajar atau siswa. Penambahan kata MAHA di depan kata SISWA, seolah memberikan
penekanan pada kebebasan ber-ekpresi dan mengeluarkan pendapat yang selama ini
terpenjara di ranah sekolah.
-----------------------------------------------
selamat datang di dunia KAMPUS adik-ku
bebaskan suara yang selama ini membelenggu
berikan yang terbaik dari dirimu
membaikkan kondisi yang ada di sekelilingmu
hilangkan sombong dalam diri
banggakanlah keluarga dan bangsamu
bebaskan suara yang selama ini membelenggu
berikan yang terbaik dari dirimu
membaikkan kondisi yang ada di sekelilingmu
hilangkan sombong dalam diri
banggakanlah keluarga dan bangsamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar