Kamis, 03 Oktober 2013

DISKUSI KECIL


Kelas pagi ini adalah pembelajaran tentang proses Diskusi Kecil dalam kelas yang dilakukan oleh mahasiswa baru 2013. Terbagi menjadi 6 kelompok dalam 3 tema yang berbeda, sehingga terdapat 2 kelompok yang membahas tema yang sama, namun memiliki kajian pembahasan yang bertolak belakang, mendukung (pro) dan menolak (kontra) tema tersebut.
Proses diskusi internal terjadi dalam kurun waktu 20 menit, untuk membahas apa yang telah menjadi bahan kajian masing-masing kelompok. Yang menarik dalam proses ini adalah perbedaan budaya dan anggota kelompok yang belum saling mengenal, ada yang masih malu-malu dalam berbicara, ada yang kurang interest dengan diskusi yang berlangsung, ada yang dengan semangat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki, baik gadget dan notebook serta membahas dengan menuliskan hasil diskusi dalam lembaran yang dikumpulkan. 
Setelah 20 menit diskusi internal kelompok, proses presentasi dan debat pun berlangsung. Masing-masing kelompok tema saling mempresentasikan apa yang telah dikaji dan memberikan ide dan wacana. Mereka juga diberikan keleluasaan dalam menilai hasil kerja kelompok lainnya, sehingga terjalin komunikasi yang sangat dinamis. Karena terlalu dinamisnya, hingga terjadi perdebatan yang sangat berkepanjangan dan dengan menggunakan logat/dialek daerah asal, hingga penyampaian emosi yang memuncak. Sampai-sampai, sanggahan pun dilakukan dengan berdiri, serta nada bicara yang cenderung meninggi khas anak muda. Tidak jarang, jari telunjuk pun “bermain” dalam proses diskusi ini, serta adu debat layaknya anggota Dewan yang sedang serius “memperjuangkan” nasib rakyatnya di kursi perwakilan.
Saya pribadi tidak memperhatikan apa wacana yang disampaikan, karena kajian yang dilakukan masih terlampau umum, namun saya lebih tertarik pada etika dan perilaku berdiskusi anak muda yang baru lepas dari bangku sekolah, dan menemukan tempat baru dalam ber-ekspresi dan predikat sebagai sang MAHA SISWA.
Predikat baru tersebut menjanjikan status yang lebih mentereng dibandingkan ketika mereka bersekolah di jenjang sebelumnya, dimana mereka hanya disebut sebagai pelajar atau siswa. Penambahan kata MAHA di depan kata SISWA, seolah memberikan penekanan pada kebebasan ber-ekpresi dan mengeluarkan pendapat yang selama ini terpenjara di ranah sekolah.

----------------------------------------------- 

selamat datang di dunia KAMPUS adik-ku 
bebaskan suara yang selama ini membelenggu
berikan yang terbaik dari dirimu 
membaikkan kondisi yang ada di sekelilingmu
hilangkan sombong dalam diri
banggakanlah keluarga dan bangsamu



Tidak ada komentar: