Taushiyah ke 91, Ahad 15 Jumadats Tsaniyah 1436 / 05 April 2015
Allah perintahkan kita agar bertafakkur memikirkan tentang alam semesta dalam firmanNya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
[QS 3 Ali 'Imraan, Ayat 190-191]
Di tengah hamparan lautan yang luas dan dalam aku merenung..
Kiri, kanan, depan dan belakang semuanya lautan..
Melihat ke atas yang tampak hanya langit yang tak terjangkau besarnya beserta awan, matahari pada waktu siang, bulan dan bintang-bintang pada waktu malam..
Melihat ke bawah yang tampak hanyalah lautan yang kedalamannya mencapai seribu seratus meter, satu kilo meter lebih?!..
Subhaanallooh…
Apalah artinya aku?..
Alam semesta yang demikian besar dan dahsyat menjadikan aku merasa benar-benar tidak ada apa-apanya dan bukan siapa-siapa..
Ketika aku dilahirkan oleh Ibuku, aku tidak memiliki apa-apa..
Ketika mati nanti, aku juga tidak akan membawa apa-apa selain amal perbuatanku..
Sungguh dunia ini benar-benar permainan dan sendagurau saja, sandiwara saja, dan tidak lebih dari itu..
Betapa banyak kita lalai, lupa dan menyombongkan ilmu, harta atau apa saja yang kita miliki..
Kematian menjadikan kita baru tersadar dan menyesal karena sandiwara telah berakhir, akan tetapi sadar dan penyesalan yang sudah tidak ada gunanya lagi..
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna..
Kematian adalah awal kehidupan yang sebenarnya dan tidak ada sandiwara lagi setelah itu..
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu berkata:
"Manusia itu tidur semuanya. Namun, jika telah mati mereka baru terbangun dari tidur mereka".
Bukankah kita terlahir ke dunia ini tak ubahnya bagaikan batu kerikil ditelan lautan?
Atau bagaikan terlempar ke ruang semesta yang luasnya tak terjangkau nalar?
Jangankan diri kita, sedangkan planet bumi saja bagaikan sebuah kerikil kecil di tengah taburan planet yang tak terhitung jumlahnya.
Lalu apa yang kita miliki?
Apa yang kita banggakan?
Mengapa kita sombong tidak mau taat dan tuunduk kepadaNya?
Kenapa kita selalu menentang dan menyelisihiNya dengan akal dan nasfu kita?
Kita terlahir ke dunia tidak membawa apapun, tidak mengerti apapun dan tidak memiliki apapun.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalan keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl: 78)
Oh.. Allooh.. Ilaahi.. Robbi.. Duhai Tuhanku..
Daku hanyalah seorang hamba yang miskin papa di hadapan kebesaranMu, dosa-dosaku teramat sangat banyak, amal ketaatanku teramat sangat sedikit, hatiku selalu berbolak-balik, perjalananku cukup jauh, bekalku belum mencukupi, ajalku telah semakin dekat, harapanku Engkau Yang Maha Pengasih [Ar-Rohmaan], Maha Penyayang [Ar-Rohiim], Maha Pemaaf [Al-‘Awuff], Maha Pengampun [Al-Ghoffaar, Al-Ghofuur], Maha Menerima Taubat [At-Tawwaab], Maha Lembut [Al-Lathiif], Maha Mencintai [Al-Waduud], Maha Dermawan [Al-Kariim, Al-Jawaad], Maha Baik [Al-Barr], Maha Kasih Sayang [Ar-Ro’uuf] berkenan mengasihi, menyayangi, memaafkan, mengampuni, menerima taubat, memperlakukan dengan kelembutan, mencintai, memberikan kebaikan dan kasih sayang kepada hambaMu yang amat sangat lemah ini ..
”Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. 39 Az-Zumar [Rombongan-Rombongan] Ayat 53).
Duhai Ilaahi Robbi..
Bimbinglah selalu hamba agar lurus di jalanMu dan istiqomah dengan sunnah NabiMu. Tanpa bimbinganMu hamba tidak berarti apa-apa dan pasti sia-sia. Jangan tinggalkan hamba walau hanya sekejap mata atau kurang dari itu..
Duhai Allooh Pengobat Jiwa dan Hatiku..
Hamba ingin dan berharap kelak ketika nyawa hamba di cabut oleh Malaikat Maut Alaihis Salam, dikatakan kepada hamba seperti dalam ayat ini… “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.” (QS 89 Al-Fajr [Waktu Fajar] Ayat 27-30).
Duhai Allooh Tuhanku..
Jadikanlah sisa-sisa usia hamba ini hanya untuk mengabdi kepadaMu, berjuang dan berkorban di jalanMu, memberikan dan menebar manfaat kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun. Ijinkan hamba menyebarkan agamaMu kepada semua makhluk di alam semesta ini agar semuanya mengenal dan mengagungkanMu dengan sebenar-benarnya.. Jangan sia-siakan keinginan dan harapan hambaMu..
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan RasulMu Muhammad, kekasih hatiku dan panutanku, kepada keluarga, para sahabat dan pengikut setia Beliau sampai akhir zaman.
Segala puji hanya teruntuk bagiMu wahai Robb Pencipta, Pemilik, Penguasa dan Pengatur alam semesta…
Lepas Pantai Makassar
Ahad Selepas Shalat Shubuh
25 Jumadats Tsaniyah 1432 H /
29 Mei 2011.
Disempurnakan kembali Jum'at 13 Jumadats Tsaniyah 1436 / 03 April 2015
Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar