Pagi ini semua berjalan begitu lambat,..seiring dengan schedule ke kampus ITS, ke Juanda menemui Opa dan harus jalan ke Malang untuk "ngampus", dan yang tak penting adalah menyempatkan Dhuha. Tatkala berhitung dan menghitung kemungkinan yang terjadi, terdapat beberapa hal yang tak terduga, Kabar dari Juanda tidak kunjung datang, dan "petunjuk" ba'da Dhuha pun meniadakan ke Juanda.
Akhirnya setelah sedikit waktu untuk bersama orangtua, dan menyiapkan segala kebutuhan selama di Malang, keputusan ke kampus ITS telah menjadi dasar yang harus diwujudkan. tepat pukul 08.00 WIB perjalanan dimulakan, dan kali ini mencoba meniadakan pikiran dalam menentukan arah perjalanan hanya mengandalkan insting mula saja. Rute via jl. Mastrip (Karang Pilang) - Gunungsari - Darmo - Darmo Kali - Ngagel - Menur Pumpungan - Manyar Kertajaya - ITS, dan sebagian besar jalan lancar jaya.
@andikisdianto : @e100ss
sepanjang-mastrip-gunungsari-joyoboyo- darmo ramai lancar, ada antrian
di TL gunungsari,n TL ke arah RS Marinir hijaunya tdk bareng.
@andikisdianto @e100ss antrian di TL jl menur-kertajaya,.karena jumlah kendaraan dan TL yg cukup lama waktu merahnya.
09.00 WIB sampai di ITS dan urusan lancar telah terlaksana dengan baik, sempat bertemu dengan kawan yang mengurus CUTI yang Thesis-nya pun sudah SIDANG, dengan alasan yang cukup strategis dalam pengelolaan keuangan pribadi.
Yang menjadi hal yang sangat menggelitik adalah, hampir tidak ada emosi yang terjadi selama perjalanan. Selama itu pula terjadi komunikasi satu arah dari radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM yang membahas tentang problematika kehidupan yang tidak jauh dari pembahasan yang terjadi dalam radio Suara Surabaya 100.00 FM. Sedikit membosankan memang pagi hari Suara Muslim Surabaya ini, lebih menarik saat program sore ba'da Ashar dimana ada Sirah Nabawiyah dan belajar baca Alqur'an, namun hal itu tetap menjadikan hati bertautan dengan radio tersebut karena banyak sekali ayat suci Alqur'an yang berkumandang.
Ketenangan JIWA tersebut menjadikan diri sangat nyaman dalam berkendara, hingga rute pun tidak terpikirkan, hanya mengandalkan insting dasar keterampilan berkendara dan memperhatikan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dan hasilnya adalah luar biasa, paling tidak bagi saya pribadi. Karena tanpa berpikir itulah, keputusan atas rute diambil alih oleh JIWA, bukanlah lagi oleh AKAL, sehingga saya memilki rasa berserah yang cukup besar dan memberikan dampak pada pemilihan rute yang sangat tepat, paling tidak lebih lancar atau paling tidak saya tidak mendapati kemacetan yang biasanya terjadi di Senin pagi.
Ketenangan JIWA tersebut menjadikan diri sangat nyaman dalam berkendara, hingga rute pun tidak terpikirkan, hanya mengandalkan insting dasar keterampilan berkendara dan memperhatikan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dan hasilnya adalah luar biasa, paling tidak bagi saya pribadi. Karena tanpa berpikir itulah, keputusan atas rute diambil alih oleh JIWA, bukanlah lagi oleh AKAL, sehingga saya memilki rasa berserah yang cukup besar dan memberikan dampak pada pemilihan rute yang sangat tepat, paling tidak lebih lancar atau paling tidak saya tidak mendapati kemacetan yang biasanya terjadi di Senin pagi.
Teringat langsung dengan pesan dari bapak angkat saya : "Belajarlah berdialog dengan diri, mendengar dari dalam, karena Allah berbicara dengan kita setiap hari setiap saat. Berdo'a dan dengarkan suara dari dalam, suara dari dalam adalah suara Allah." Mungkin inilah salah satu perwujudan dari kalimat tersebut,..Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar