Perkembangan kota memantik adanya perubahan penanganan dan pengolahan limbah yang dihasilkan dari kegiatan perkotaan. Hal ini sejalan dengan perubahan kegiatan perkotaan yang semakin memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan, khususnya limbah yang dihasilkan oleh warga kota. Selama ini penanganan dan pengolahan limbah lebih dititik beratkan pada limbah yang dihasilkan oleh limbah industri yang dianggap memiliki potensi besar dalam merusak lingkungan. Apabila diperhatikan lebih seksama, kita sebagai masyarakat yang mendiami wilayah kota juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap limbah yang dihasilkan suatu kota.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan di Indonesia sebagian besar tanpa melalui proses pengolahan sebelum dibuang langsung ke saluran pematusan. Sehingga sungai sebagai saluran pembuangan terakhir menuju ke laut memiliki beban yang berat, selain sebagai saluran pembuangan kegiatan perkotaan juga menjadi saluran yang membawa sedimentasi dari daerah hilir. Terlebih di wilayah muara sungai (estuari), dimana hampir seluruh limbah perkotaan dan sedimentasi yang dibawa aliran sungai mengendap dan mengumpul di wilayah ini. Besarnya limbah domestik di sungai perkotaan yang dihasilkan oleh rumah tangga, dengan ciri utama berupa tingginya nilai BOD yang disebabkan oleh keberadaan kandungan bahan organik yang berkisar antara 50 – 75 %, sedang sisanya berasal dari kegiatan industri (Mukhtasor, 2007 : 122).
Besarnya prosentase kandungan BOD pada limbah domestik rumah tangga di aliran sungai/saluran pematusan berkisar 50 – 75 % dengan volume limbah dari sumber domestik yang dihasilkan di Propinsi Jawa Timur tahun 1995 berkisar antara 200 – 204 liter/orang/hari (BTKL Pos Surabaya, 1995 dalam Mukhtasor, 2007 : 121). Volume limbah yang begitu besar tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu akan menimbulkan dampak/pengaruh yang buruk terhadap badan sungai dan muara sungai, dan tentunya keberadaan perairan laut yang menjadi tempat pembuangan akhir.
Kandungan logam berat dan zat-zat berbahaya lainnya akibat dari kegiatan perkotaan, termasuk kegiatan sanitasi perkotaan, akan membawa pengaruh besar terhadap berubahnya struktur kehidupan makhluk hidup yang ditandai dengan perubahan kandungan mineral dan logam berat di dalam tubuh makhluk hidup. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa kandungan merkuri (Hg) pada darah ibu-ibu warga Kenjeran sebesar 2,8 mg/l, merupakan angka yang jauh melebihi standar ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yakni kurang dari 1 mg/l. Kandungan timah dalam darah ibu-ibu warga Kenjeran sebesar 416 mg/l, sedangkan kadar normal dalam darah sebesar 200 mg/l. Hasil tes terhadap air susu ibu (ASI) juga menunjukkan kandungan timbal (Pb) sebesar 543,2 mg/l yang melebihi kadar normal sebesar 5 mg/l (Mukhtasor, 2007 : 102).
Yang lebih mencengangkan adalah kandungan logam berat yang terkandung di wilayah darat di sekitar pesisir laut yang terjadi diakibatkan adanya intrusi air laut yang membawa dampak terhadap tercemarnya wilayah pesisir tersebut dari logam berat. Seperti yang terjadi di wilayah Keputih (pesisir pantai Kenjeran, Surabaya) pada tahun 1993 dimana diidentifikasi mengandung kadar logam berat Cd sebesar 1,575 ppm, dan dianggap sebagai yang tertinggi di dunia. Kadar Hg pada lumpur Keputih 1,485 ppm dan Kenjeran 0,605 ppm yang lebih tinggi daripada kandungan di perairan Southampton, Inggris yang berkisar 0,48 – 0,57 ppm. Bahkan untuk wilayah Keputih, kadar Hg yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan dengan pantai Calfornia, Amerika Serikat yang merupakan pusat industri berat, yang tercatat sebesar 0,02 – 1,0 ppm (Mukhtasor, 2007 : 102).
Perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh berubahnya kualitas air di sungai dan estuari oleh kandungan limbah, akan membawa dampak terhadap perubahan kehidupan di lingkungan tersebut. Kekeruhan air membawa dampak terhadap terhalangnya masuknya cahaya matahari yang akan menggangu proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisasi produsen yang secara langsung akan berpengaruh terhadap proses rantai makanan yang akan membawa perubahan terhadap daur hidup organisme. Kandungan logam berat akan berdampak langsung terhadap perubahan kondisi fisik sungai dan estuari, serta makhluk hidup yang mendiami wilayah tersebut. Proses rantai makanan akan membawa dampak yang lebih buruk terhadap percepatan pencemaran makhluk hidup dengan mengendapnya logam berat dalam tubuh makhluk hidup.
Apabila kegiatan pembuangan limbah ke badan sungai telah berlangsung begitu lama, maka dapat dibayangkan betapa besar dampak yang ditimbulkan di wilayah estuari dan perairan laut. Terjadi penumpukan dan akumulasi limbah, dengan konsentrasi yang tinggi akan memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan perairan laut di sekitar muara sungai.
Penyelamatan lingkungan sungai dan estuari terkait dengan besaran limbah yang dikandung menjadi isu hangat yang dicermati akhir-akhir ini, terutama bagi pemerhati lingkungan yang memiliki pengetahuan luas akan keberadaan lingkungan dan dan dampak yang dihasilkan dari keberadaan limbah di sekitarnya.
Hal yang selama ini diperhatikan adalah buangan limbah dari industri yang dianggap berperan besar terhadap tingkat pencemaran sungai, dan ini dapat dikuatkan dengan terbitnya peraturan perundangan yang ketat terhadap kegiatan pembuangan limbah industri ke dalam badan sungai yang harus melalui kegiatan pengolahan limbah secara sistematis, yang mengarahkan kepada pengolahan air terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke badan sungai, sehingga menghasilkan kandungan limbah yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Sedangkan bagi limbah domestik dari kegiatan rumah tangga belum sepenuhnya diperhatikan, dengan peraturan perundangan khusus yang belum terwujud serta perhatian pemerintah yang rendah terhadap limbah domestik ini. Penanganan yang biasa dilakukan masyarakat terkait dengan limbah domestik adalah dengan memanfaatkan bangunan septic tank untuk limbah tinja dan saluran pematusan/got dan sungai untuk limbah dari sanitasi. Dengan jumlah limbah domestik yang sangat besar, maka kita dapat mengurangi beban yang diterima oleh badan sungai dengan melakukan penanganan khusus dengan memisahkan limbah domestik ini dengan limbah perkotaan lainnya dan mengolahnya secara khusus hingga memiliki batas kadar limbah yang dapat diterima oleh lingkungan.
Alternatif penanganan limbah domestik ini adalah dengan pemanfaatan Ocean Outfall, yaitu saluran pembuangan berupa pipa yang ditanam menuju ke tengah perairan laut dengan jarak tertentu untuk mendapatkan kedalaman air tertentu. Kedalaman tertentu ini didapatkan dengan mengukur arus laut di suatu wilayah pesisir sehingga dapat membantu proses biokimia secara natural di laut (Mukhtasor, 2007 : 126).
Ocean Outfall memanfaatkan kecepatan arus laut untuk mengencerkan limbah domestik melalui proses dispersi dan dilusi, kondisi gelombang, oksigen terlarut, kedalaman air laut, difusi molekul dan turbulensi serta energi matahari di permukaan air laut, yang kesemuanya berlangsung secara alami (Mukhtasor, 2007 : 127). Proses alami ini dapat terjadi dengan perhitungan yang matang terkait posisi pipa keluaran Ocean Outfall ditempatkan, sehingga didapatkan hasil yang maksimal dalam proses pengenceran alami ini.
Karena memanfaatkan proses alami dalam mengencerkan limbah domestik, maka tidak dibutuhkan teknologi yang berbiaya tinggi untuk mengolah limbah domestik ini. Pengolahan yang dilakukan sebelum limbah dibuang ke Ocean Outfall dilakukan dengan memisahkan limbah domestik hingga terwujud limbah padat yang berupa lumpur dan limbah cair. Limbah padat (lumpur) tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses pengurukan di daratan, tentunya setelah melakukan penanganan khusus hingga tidak membahayakan lagi bagi lingkungan. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan ini yang disalurkan ke Ocean Outfall, dengan derajat pengolahan yang lebih rendah daripada pengolahan untuk lingkungan darat karena memanfaatkan faktor alami laut untuk menurunkan konsentrasi limbah cair ini.
Pemanfaatan Ocean Outfall telah banyak dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, untuk membuang limbah domestik perkotaan. Pengalaman untuk menekan biaya pengolahan limbah dengan mengganti fasilitas pengolahan di darat dengan Ocean Outfall yang dilakukan di Newfounland, Kanada, dilakukan dengan biaya 30 % dari pembangunan fasilitas pengolahan di darat (Mukhtasor, 2007 : 128).
Penggunaan sistem pengolahan ini juga lebih hemat energi dan lebih ramah lingkungan. Seperti yang terjadi di Spaniard Bay, Kanada, dimana energi yang dibutuhkan untuk pelaksanan proses pengolahan ini hanya 15 % dari energi yang diperlukan untuk mengolah limbah yang sama dengan pengolahan di darat sepenuhnya (Mukhtasor, 2007 : 128).
Pemanfaatan teknologi ini ditunjang dengan pembangunan saluran pematusan khusus yang dibangun sinergis dari rumah tangga hingga instalasi pengolahan limbah, dan kemudian menuju Ocean Outfall. Jaringan pematusan ini berbeda dengan dengan saluran pematusan yang selama ini dikenal di Indonesia, yang berupa got-got yang mengalirkan limbah ke sungai. Dengan jaringan pematusan yang dibangun khusus untuk kebutuhan limbah domestik, maka beban sungai yang biasanya menjadi saluran utama dalam pembuangan limbah akan banyak berkurang sehingga kadar limbah di air sungai hingga estuari dan perairan laut di sekitar muara sungai secara otomatis menurun.
Perubahan kualitas air sungai dan estuari, yang ditandai dengan berkurangnya kadar BOD dan bakteri coliform, akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup perairan di pesisir. Fungsi pantai sebagai tempat rekreasi dan olah raga, pemeliharaan ikan dan pelestarian kehidupan hayati akan dapat dipertahankan.
Keberhasilan dari pelaksanaan teknologi ocean outfall ini tergantung kepada perhitungan yang cermat terkait dengan kondisi perairan laut, kecepatan arus laut, dan perancangan yang baik sehingga dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan, yaitu rekayasa teknologi pengolahan limbah yang berbiaya murah dan ramah lingkungan.
KESIMPULAN
Penanganan limbah yang masih belum menjadi budaya di Indonesia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti yang terjadi di wilayah pesisir pantai Surabaya dimana kondisi lingkungan yang sudah demikian buruk dengan kandungan merkuri (Hg), timbal (Pb) dan timah yang sudah demikian parah. Perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan ini agar lingkungan dapat segera diselamatkan. Salah satu upaya yang dapat diwujudkan adalah dengan pembangunan infrastruktur pengolahan limbah yang dikhususkan pada pengolahan limbah domestik, karena limbah domestik memberikan kontribusi tinggi sekitar 50 – 75 % terhadap produksi limbah secara keseluruhan.
Pembangunan infrstruktur pengolahan limbah ini dilakukan dengan pemanfaatan potensi laut sebagai faktor alam bagi pengolahan limbah, sehingga perlu adanya pembangunan jaringan pematusan terpadu yang dimulakan dari rumah tangga hingga unit pengolahan limbah, dan setelah adanya penanganan limbah secara sistematis akan dibuang ke laut dengan memanfaatakan teknologi ocean outfall. Minimnya biaya yang dibutuhkan dalam proses pengolahan limbah ini, karena terintegrasi dengan pengolahan alami melalui air laut, menjadi pilihan yang bijak dalam pengelolaan limbah di kota-kota besar di Indonesia, khususnya kota Surabaya.
Pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan oleh sebagian besar kota-kota besar di negara maju dapat menjadi bukti nyata bahwa penggunaan teknologi ini telah menjadi pilihan utama, terutama dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan yang cenderung kecil. Bahkan secara nyata telah menaikkan derajat kualitas air sungai dan perairan laut di sekitar estuari, dan tentunya di sepanjang wilayah pesisir pantai, sehingga dapat mempertahankan fungsi pantai sebagai daerah pariwisata dan pelestarian cadangan hayati.
Namun dalam pelaksanaannya, perlu adanya perhitungan dan perancangan yang tepat terhadap pelaksanaan teknologi ini sehingga dapat berfungsi dengan baik dan dengan biaya yang dapat ditekan serendah mungkin, dan tercapainya kondisi lingkungan yang lebih berkualitas di darat dan di perairan pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita, Jakarta.
Steel.E.W. and McGhee. T.J. 1979. Water Supply and Sewerage 5th Edition. McGraw-Hill Kogahusha. Japan.
2004 Outfall Monitoring Overvie. www.mwra.state.ma.usharborenquadpdf2005-16.pdf
+++++++++++++++++++++++++++
Bermasalah dengan orang tuamu? bagaimana caranya bs berkomunikasi yang baik dengan orang tua?
Sila ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/BuatDiaJatuhCintaPadamu
-----------------------------------------------
Tanda" Gangguan Sihir dan Jin dalam diri bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/GangguanJin
-----------------------------------------------
Pintu masuk Gangguan Jin pada diri bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/PenyebabGangguanJIN
-----------------------------------------------
Apakah kita mendapatkan Ujian ataukah Adzab dari Allah? ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/UjianAtauAdzab
------------------------------------------------
Ilmu tentang Taaruf, ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/PengertianTaaruf
-----------------------------------------------
Info ttg Program Cicilan Heiwan Qurban Idul Adha 2016M / 1437H, bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/ProgramCicilanQurban
-----------------------------------------------------
@akademipranikah hadir di Jakarta,
Bagi yang mau tau :
- cara memilih pasangan yang BENAR agar BAHAGIA seumur hidup,
- cara menyiapkan diri JELANG Pernikahan
- cara menjaga KEHARMONISAN Rumah Tangga
- cara menjaga CASH FLOW Keuangan Rumah Tangga
- cara menjaga KESEHATAN anggota Keluarga
ikuti KELAS PERNIKAHAN di @akademipranikah Jakarta
bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡ j.mp/AkademiPranikahJakarta
-----------------------------------------------------
Info tentang Rekrutmen Sahabat Pengendara Ojek Syari (khusus Muslimah), bisa ditengok (klik) dalam tautan berikut :
Klik ➡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar